Refleksi 80 Tahun Indonesia: Sarjana Menganggur, Mimpi yang Tertunda

Ilustrasi Refleksi 80 Tahun Indoensia Merdeka. Gambar : blognateya.com

BLOGNATEYA.COMDelapan puluh tahun Indonesia merdeka. Usia yang mestinya mencerminkan kedewasaan dalam mengelola bangsa dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan: kesejahteraan rakyat. Namun, fakta di lapangan berkata lain. Jeritan pengangguran masih terdengar di mana-mana, terutama dari kalangan muda dan lulusan perguruan tinggi.

Data yang Berbicara

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) per Februari 2025 berada di angka 4,76%, turun tipis dari 4,82% pada tahun sebelumnya. Meski persentase menurun, jumlah penganggur justru naik menjadi 7,28 juta orang, bertambah sekitar 83 ribu jiwa.

Ironisnya, mayoritas pengangguran berasal dari kelompok usia muda, termasuk lulusan sarjana yang baru menamatkan kuliahnya. Di sisi lain, jumlah penduduk bekerja memang meningkat menjadi 145,77 juta orang, tetapi pertumbuhan lapangan kerja belum mampu menampung derasnya lulusan baru.

Lebih memilukan lagi, Indonesia masih menempati posisi tertinggi di Asia Tenggara dalam jumlah pengangguran. Sebuah catatan kelam di usia 80 tahun merdeka.

Ilustrasi Gambar : chatgptai

Mengapa Sarjana Masih Sulit Mendapat Kerja?

  1. Kesenjangan Lulusan dan Lapangan Kerja
    Setiap tahun, ribuan sarjana lahir dari kampus, namun industri tidak mampu menyerap semuanya.

  2. Keterampilan yang Tidak Relevan
    Dunia kerja menuntut keterampilan praktis, digital, dan kreatif. Sayangnya, sebagian perguruan tinggi masih terlalu fokus pada teori.

  3. Minimnya Semangat Kewirausahaan
    Banyak sarjana lebih memilih menjadi pencari kerja (job seeker) ketimbang pencipta lapangan kerja (job creator). Padahal peluang wirausaha, khususnya di sektor UMKM dan digital, terbuka lebar.

Saatnya Bangsa Berbenah

Jeritan pengangguran bukan hanya masalah individu, tapi tanggung jawab bangsa. Jika dibiarkan, ia bisa berujung pada meningkatnya kemiskinan, kriminalitas, hingga hilangnya kepercayaan generasi muda kepada negara.

Refleksi kemerdekaan ke-80 seharusnya mendorong:

  • Pemerintah, memperluas lapangan kerja dan menyusun kebijakan yang berpihak pada tenaga kerja muda.

  • Perguruan tinggi, memperbarui kurikulum agar selaras dengan kebutuhan industri.

  • Generasi muda, memperkuat keterampilan digital, kreativitas, dan semangat berwirausaha.

Penutup

Kemerdekaan bukan sekadar simbol bebas dari penjajahan, tetapi juga terbebas dari belenggu pengangguran dan kesulitan ekonomi.

Di usia 80 tahun, pertanyaannya: sudahkah Indonesia benar-benar merdeka, jika jutaan sarjana masih harus berjuang keras mencari pekerjaan?

Penulis : RG

BLOGNATEYA.COM
BLOGNATEYA.COM Semoga Semua Pengunjung BLOGNATEYA.COM ini Senantiasa diberikan kesehatan, dipanjangkan umur, dan dimudahkan rezekinya oleh ALLAH SWT. Salam Hormat Saya (Admin)

Posting Komentar untuk "Refleksi 80 Tahun Indonesia: Sarjana Menganggur, Mimpi yang Tertunda"