![]() |
| Over Acting tapi Kemampuan Cungkring. Gambar : chatgpt |
Budaya Over Acting di Era Modern
Di era modern, banyak orang pandai tampil memukau di depan publik. Mereka berbicara lantang, tampil percaya diri, bahkan seolah menjadi pusat perhatian. Namun ketika diberi tanggung jawab nyata, hasilnya sering kali jauh dari ekspektasi.
Inilah yang disebut fenomena “over acting tapi kemampuan cungkring” — tampil berlebihan, tapi kemampuan sebenarnya minim.
Kondisi ini tidak hanya terjadi di satu bidang. Dunia kerja, politik, pendidikan, bahkan lingkungan sosial kini penuh dengan orang yang lebih mementingkan citra dibanding kinerja. Mereka lebih sibuk mempercantik tampilan luar ketimbang memperkuat isi kepala.
Gaya Mengalahkan Isi
Media sosial menjadi ladang subur bagi budaya over acting. Banyak yang lebih fokus agar terlihat “hebat”, “sukses”, dan “produktif” di dunia maya — meski kenyataannya tak seindah yang tampak di layar.
Ada yang rajin pamer foto rapat tapi tak pernah menghasilkan keputusan.
Ada yang suka menasihati orang lain, padahal dirinya sendiri tidak menjalankan nasihat itu.
Ada pula yang sibuk bicara soal kerja keras, tapi tak pernah bekerja sungguh-sungguh.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana gaya telah mengalahkan isi, dan penampilan mengalahkan kompetensi.
Dampak dari Kemampuan yang Cungkring
Budaya over acting membawa dampak serius bagi kualitas manusia dan institusi.
Dalam dunia kerja, banyak posisi penting ditempati oleh orang yang pandai bicara tapi tidak kompeten. Akibatnya, produktivitas menurun dan kepercayaan publik hilang.
Dalam dunia pendidikan, siswa dan mahasiswa lebih sibuk mengejar nilai dan gelar daripada menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.
Sementara di dunia politik, wajah-wajah penuh gaya tampil di depan kamera, tapi gagap ketika berhadapan dengan persoalan rakyat yang nyata.
Ketika “acting” lebih dihargai daripada “aksi”, maka kita sedang menuju budaya semu — di mana yang penting terlihat sibuk, bukan benar-benar bekerja.
Saatnya Kembali pada Esensi
Sudah saatnya kita berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri:
Apakah saya benar-benar bisa, atau hanya terlihat bisa?
Apakah saya berkompeten, atau hanya pandai berbicara?
Kualitas diri tidak diukur dari seberapa keras kita berakting, tetapi dari hasil nyata yang kita ciptakan. Dunia tidak kekurangan orang yang pandai bersandiwara, tapi kekurangan orang yang benar-benar bekerja dengan hati dan kemampuan.
Kesimpulan: Lebih Baik Sederhana Tapi Nyata
Over acting boleh dilakukan di panggung teater, karena di sana itu seni.
Namun jika dilakukan di panggung kehidupan, hasilnya hanya jadi tontonan murahan.
Lebih baik kemampuan berbobot dengan sikap sederhana, daripada gaya meledak-ledak tapi kemampuan cungkring.
Sebab pada akhirnya, yang diingat bukan siapa yang paling ramai berbicara, tapi siapa yang benar-benar memberi manfaat melalui karya dan tindakan nyata.

Posting Komentar untuk "Over Acting tapi Kemampuan Cungkring"